KISRUH DUALISME PARTAI DEMOKRAT


GOTVNEWS – TANJUNGPINANG, Polemik yang saat ini sedang hangat di dunia politik tanah air, terjadinya dualisme yang menerpa salah satu partai besar di Indonesia, yakni Partai Demokrat, mendapatkan tanggapan dari salah satu pengamat poliitik di Kota Tanjungpinang.

Pengamat Politik, yang juga Akademisi di Stisipol Raja Haji Tanjungpinang, Shahril Budiman berpendapat, bahwa permasalahan politik ini memberikan gambaran bahwa etika berpolitik telah diciderai, melalui kongres luar biasa yang dilakukan sejumlah mantan fungsionaris  Partai Demokrat di Deli Serdang beberapa waktu lalu.

Hal ini tentu saja menjadi pelajaran bagi pemerintah RI, khususnya dalam memberikan pendidikan politik etis kepada generasi muda kedepannya, tentang bagaimana berpolitik yang sesuai etika politik yang santun.

Menurut Sharil, konflik politik seperti yang terjadi pada Partai Demokrat saat ini, bukanlah hal baru, dan pernah terjadi beberapa kali pada partai - partai besar di Indonesia, seperti Partai Golkar, PKS dan Partai lainnya.

Namun gejolak tersebut berakhir dengan terbentuknya partai baru, seperti Gerindra, Nasdem, Hanura bahkan partai Gelora baru - baru ini, berbeda dengan masalah yang menimpa Partai Demokrat yang dianggap telah dibajak   oleh oknum tertentu.

Oleh karena itu Shahril menyebutkan, betapa pentingnya manajemen konflik dalam internal partai, serta kaderisasi yang mumpuni bagi setiap kader partai, agar masalah ini tidak terulang kembali, khususnya untuk menjaga keutuhan Demokrasi dalam dunia politik di Tanah Air.

Sebelumnya dikabarkan, sejumlah mantan fungsionaris Partai Demokrat mengadakan KLB di Sumut, beberapa waktu lalu, dengan hasil kongres yang menyatakan Moeldoko sebagai Ketum Demokrat yang baru, hal ini bertentangan dengan hasil Kongres Demokrat yang kelima, tahun 2020 silam, yang menyatakan Agus Harimukti Yudhoyono (AHY) sebagai Ketum Partai Demokrat. (Drl)

Comments