Berwisata di Museum Sultan Sulaiman Badrul Alamsyah


GOTVNEWS, Tanjungpinang - Menulusuri jejak kota Tanjungpinang, tidak lengkap rasa jika anda tidak berkunjung di Museum Sultan Sulaiman Badrul Alamsyah. Disini anda dapat menilik beragam sejarah tanah melayu serta melihat benda peninggalan Kerajaan Riau Lingga, Jumat (1/8/2022).

Inilah gedung Museum Sultan Sulaiman Badrul Alamsyah, dahulunya pada masa Kolonial Belanda tahun 1918, merupakan bangunan pertama sekolah tingkat dasar yang diberi nama Hollandsch Inlandsche School atau di singkat HIS.

Seiring berjalanya waktu, pada masa kemerdekaan, gedung ini tetap difungsikan sebagai sekolah rakyat, kemudian berganti nama menjadi SD 01 sampai tahun 2004. Hingga dijadikan Museum kota Tanjungpinang yang di berinama Sultan Sulaiman Badrul Alamsyah dan diresmikan pada tahun 2009.

Di Museum yang terletak di Jalan Ketapang, Kecamatan Tanjungpinang kota, Kota Tanjungpinang ini, terdapat beragam spot foto yang bisa anda abadikan, selain itu juga,memiliki beragam koleksi benda bersejarah yang di pajang di setiap sudut ruangan.dari beragam koleksi yang dimiliki,terdapat 5 koleksi master piece yang menjadi keunggulan Museum ini.

Seperti, Cogan,  yang merupakan salah satu alat kebesaran kerajaan melayu Riau Lingga dan di pergunakan ketika prosesi pentabalan seorang Sultan.kini Cogan yang asli berada di Museum nasional Indonesia.

Kemudian,anda juga dapat melihat koleksi alat hisap candu atau bong. Dimana dahulunya kota Tanjungpinang sebagai tempat persinggahan perdagangan,utamanya Etnis Tionghoa pada abad ke 18, pernah menjadi komoditas perdagangan legal,yang dianggap sebagai sumber pendapatan bagi pemerintah Belanda pada masa itu.

Selain itu terdapat juga caping emas, sebuah benda berbentuk hati ini pada masa kerajaan Riau Lingga,dipergunakaan sebagai aksesoris perempuan yang memiliki fungsi sebagai alat menutup kelamin wanita, dari gangguan musuh,saat ditinggal perang. Terdapat juga koleksi piring dan sendok yang dibalut emas 18 karat.

Namun koleksi, caping, piring dan sendok berbalut emas tersebut,saat ini tidak dapat di pajang, hal itu dikarenakan dalam tahapan konservasi atau perawatan oleh pihak Museum.

Kepala Museum Sultan Sulaiman Badrul Alamsyah, Ivan Kurniawan mengatakan tingkat kunjungan ke museum saat bertahap mulai meningkat. Ivan menyebut saat ini baru bisa menerima kunjungan masyarakat dan belum bisa menggelar beberapa iven besar. Kedepan ia akan menyusun perencananya untuk penyelenggaraan iven edukasi berbasis koleksi yang dimiliki oleh museum. 

"Kami juga berusaha mengajukan ke pemerintah pusat agar bisa menggelar iven yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan yang kita gali dari koleksi museum, sehingga rangkaian sejarah tentang koleksi yang dimiliki bisa disampaikan secara utuh ke masyarakat," ungkapnya. 

Sejalan dengan itu, Pemprov Kepri juga tengah menyiapkan pengembangan objek wisata berbasis sejarah dan budaya. Kepala Bidang Pengembangan Pemasaran Pariwisata, Dinas Pariwisata Kepri Afitri Susanti mengatakan Pulau Penyengat layak menjadi pusat pariwisata berbasis budaya dan sejarah. Karena menurutnya, di Pulau Penyengat masih banyak terdapat peninggalan dan aset sejarah, baik benda maupun non benda yang tentunya potensi ini besar jika dikembangkan. 

"Pengembangan kawasan ini perlu sinergi dari semua pihak, selain fasilitas yang memadai yang sedang disiapkan oleh pemerintah, kami harap masyarakat juga turut mendukung dengan menanamkan prinsip sadar wisata," ungkapnya.  

Kedepannya pengelola Museum Sultan Sulaiman Badrul Alamsyah, berencana akan mengemas dalam pemanfaatan teknologi digital terhadap koleksi yang ada, sehingga memberikan pengalaman baru bagi para pengunjung Museum dan menyasar kepada genarasi muda.(San)

Comments